Selasa, 21 Desember 2010

Cegah OSTEOPOROSIS dengan berolah raga

OSTEOPOROSIS selama ini diidentikkan dengan penyakit orangtua, padahal tanpa olahraga teratur, osteoporosis juga bisa menyerang usia muda.

Kesibukan dari rutinitas sehari-hari terkadang membuat banyak orang berpikir dua kali untuk berolahraga. Selain waktu yang semakin sempit, berolahraga dianggap sebagai kegiatan yang melelahkan. Padahal, dengan olahraga teratur, banyak penyakit bisa dicegah.

Mulai jantung koroner hingga osteoporosis yang selama ini diidentikkan dengan penyakit orangtua. Ternyata, saat ini osteoporosis bisa pula menyerang anak muda karena gaya hidup yang salah, termasuk jarang berolahraga dan melakukan aktivitas fisik.

Gerak tubuh penderita osteoporosis atau keropos tulang sangat berbeda. Hal itu karena pengidap osteoporosis rawan sekali terhadap patah tulang. Olahraga untuk penderita osteoporosis harus dimulai dari gerakan paling ringan dan kemudian secara bertahap ditingkatkan untuk menghindari terjadinya cedera dan memungkinkan tubuh membentuk daya tahan.

Peningkatan olahraga bagi penderita osteoporosis juga dilakukan lebih perlahan dibandingkan dengan orang yang memiliki tulang sehat. Hal yang tidak boleh dilupakan adalah gerakan pemanasan dan pendinginan dengan gerakan peregangan lebih lama dibandingkan mereka yang memiliki tulang sehat. Selisih waktu itu bisa mencapai 10 menit.

Osteoporosis merupakan suatu penyakit saat tulangtulang menjadi rapuh dan mudah patah akibat hilangnya sebagian kalsium dalam tulang. Osteoporosis sering juga disebut silent disease karena proses hilangnya kalsium dari tulang terjadi tanpa tanda-tanda atau gejala. Biasanya, penderita menyadari terserang osteoporosis setelah mengalami patah tulang. Biasanya, terjadi di paha, tulang belakang, dan pergelangan tangan.

Sebetulnya, bagian tulang mana pun bisa terpengaruh, tapi yang paling membutuhkan perhatian jika kerapuhan terjadi pada tulang paha dan belakang.

Patah tulang paha hampir selalu membutuhkan tindakan operasi, dan dapat mengganggu kemampuan berjalan dan bahkan bisa menyebabkan cacat permanen sampai kematian. Sementara patah tulang belakang juga memiliki konsekuensi serius, seperti tubuh memendek, nyeri punggung, dan perubahan bentuk punggung.

"Olahraga memberikan keuntungan dalam meningkatkan kebugaran tubuh dan tulang. Olahraga juga mampu menjadi pengobat berbagai penyakit, termasuk osteoporosis," kata Dosen Ilmu Kedokteran dan Olahraga Universitas Indonesia dr Subiakto SpKO, beberapa waktu lalu.

Gerak tubuh pada penderita osteoporosis, menurut Subiakto, tidak bisa disamakan antarsetiap penderita. Karena tidak semua penderita osteoporosis mengalami kerusakan tulang yang sama. Itu menyebabkan setiap penderita memiliki tahap berbeda dalam berolahraga. "Penting mengetahui kerusakan tulang penderita. Dengan mengetahui bagian dan tingkat keparahan osteoporosis, tahapan dalam olahraga setiap pasien baru bisa ditentukan," sebutnya.

Lebih lanjut diterangkan Subiakto bahwa selama ini para dokter mengira untuk mencapai puncak massa tulang hanya tergantung pada diet, termasuk kalsium dan paparan sinar matahari.

Namun, untuk mendapatkan tulang yang kuat seumur hidup, ternyata sangat ditunjang oleh olahraga teratur yang sama pentingnya seperti diet.

"Olahraga dan latihan secara teratur mempunyai efek positif terhadap kepadatan massa tulang dan kekuatan tulang. Olahraga teratur sejak dini sangat dianjurkan. Karena itu bisa menjaga kekuatan tulang hingga usia lanjut," katanya.

Olahraga yang tepat untuk mendapatkan kepadatan massa tulang menurut dokter berkulit sawo matang ini adalah mengayuh sepeda statis, dengan beban yang disesuaikan dengan kondisi tulang. Olahraga lainnya yang bisa dilakukan untuk mendapatkan kepadatan massa tulang adalah berjalan kaki

Pentingnya berolahraga ternyata juga dibuktikan dengan penelitian terhadap anak-anak yang aktif selama 40 menit dalam berbagai permainan gerak tubuh, ternyata mempunyai tulang yang lebih kuat dari anak yang pendiam (duduk saja).

Anak laki-laki yang sangat aktif (lari, lompat,) mempunyai area tulang yang lebih kuat 12 persen dari anak tidak aktif. Demikian pula anak perempuan yang aktif mempunyai tulang lebih kuat 9 persen dari teman perempuannya yang kurang aktif.

"Dulu saya berpikir osteoporosis hanya diidap oleh usia lanjut saja. Ternyata saya keliru. Karena baru memasuki usia 49 tahun, saya sudah memiliki gejala osteoporosis pada kaki," kata salah seorang ibu rumah tangga, Wulan Kreshna, yang tinggal di Jakarta.

Setelah mengetahui dirinya memiliki gejala osteoporosis, Wulan mengaku semakin sering berkonsultasi dengan dokter tulang dan melakukan olahraga yang dianjurkan. "Awalnya saya diperiksa intensif, setelah itu baru dianjurkan untuk melakukan tahapan-tahapan olahraga," sebutnya lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar